Rabu, 15 April 2015

Situs Purbakala di Tanah Besemah


Situs-situs arca megalitik
 
-Situs Tanjung Aro menggambarkan pahatan seseorang sedang berkelahi melawan ular
-Situs Muara Danau menggambarkan pahatan seorang menggendong anak
-Situs Muara Dua menggambarkan seseorang yang menggendong sesuatu pada punggungnya
-Situs Gunung Megang menggambarkan tokoh manusia yang menindih gajah dalam posisi terlentang
-Situs Tebing Tinggi dipahatkan gambaran orang mengendarai kerbau
-Situs Benua Keling dipahatkan orang naik gajah
-Situs Gunung Megang terdapat arca kepala manusia
-Situs Kota Raya Lembak terdapat arca kepala manusia
-Situs Tinggi hari dipahatkan seseorang sedang duduk dengan menggendong gajah kecil, dan arca babi hutan yang belum selesai, selain itu terdapat menhir yang terdapat tokoh manusia dan buaya.
-Situs Sinjar Bulan terdapat pahatan orang duduk membimbing anak kecil
-Situs Tebat Sibentur dipahatkan seseorang memakai kalung.
-Situs tegur wangi terdapat arca 3 buah
-Situs Tanjung Sirih terdapat arca yang menggambarkan orang naik kerbau, orang memakai helm,dua orang bergendongan dan harimau menekam anak kecil.
-Situs Tanjung Telang terdapat pahatan orang membopong gajah.
-Arca dari situs di Air Purah, melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan yang lain memegang tanduk kerbau Lukisan pada batu cadas dan kubur batu -Situs Tanjung Aro, lukisan orang naik kerbau
-Situs Kotaraya Lembak hiasan sulur-suluran, binatang melata, lingkaran consentris
-Situs Tegur wangi dipahatkan gambar orang berlari sambil bawa nekara di punggung, serta terdapat semacam sinar dan sayap. Pada bagian dinding bawah batu cadas terdapat tiga buah manusia kangkang dan goresan garis-garis serta lubang – lubang kecil
-Situs Muara Pinang terdapat goresan berbentuk manusia
-Situs Gunung Megang dipahatkan padsa batu datar menggambarkan garis – garis berbentuk ikan dan tombak
-Situs di Tebat Sibentur menggambarkan anggota badan sebatas dada ke bawah.
Setelah Subak di Bali, UNESCO juga mencantumkan Kota Pagaralam di Sumatera Selatan sebagai calon Situs Warisan Budaya. Kota peninggalan Megalitikum ini punya beragam destinasi wisata yang mampu membuat wisatawan terkesima.
Situs peninggalan Megalitikum di Pagaralam, Sumatera Selatan, telah didaftarkan UNESCO sebagai kandidat Situs Warisan Budaya. Tak heran, kota seluas 633 kilometer persegi ini memang menyimpan banyak potensi wisata sejarah.
Di sini, Anda bisa melihat beberapa peninggalan zaman Megalitikum yang ditaksir berumur lebih dari 1.000 tahun. Beberapa tempat untuk menemukan peninggalan tersebut di antaranya areal perkebunan Dusun Atungbungsu, kebun kopi Dusun Cawang Lama, Tegur Wangi lama, Tanjung Aro, dan Mingkik.
Keberadaan yang tersebar itulah yang membuat koordinasi penanganan dan pelestarian yang ada mengalami hambatan semoga bantuan dari pengakuan dari UNESCO dapat membantu pengolahan yang jauh lebih baik lagi.
Masalah pelestarian bukanlah tanggungjawab institusi tertentu, namun menjadi tanggungjawab semua pihak. Oleh karena itu. dibutuhkan suatu kolaborasi antar pihak dalam mencapai sinergi, sehingga pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan benda cagar budaya dapat menguntungkan semua pihak secara optimal, serta terpenting dapat adaptif dengan dinamika masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai sejarah budayanya.
Situs Megalitikum Tinggi hari
Situs Megalitikum Tinggi hari
Menhir-MegaLitikum-I
emerintah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, mendesak pemerintah pusat agar memberikan izin pengelolaan situs megalitikum yang tersebar di lebih dari enam kecamatan. Jika izin diberikan, Pemkab Lahat berencana membangun museum megalitikum serta menjadikan sebagai aset unggulan di sektor pariwisata sejarah.
Situs Megalitikum Tinggi hari
Situs Megalitikum Tinggi hari
Menhir-Megaliitikum-II
Hal itu disampaikan Bupati Lahat Syaifuddin Aswari di Palembang, Kamis (12/8). Dia menilai, pengelolaan aset sejarah megalitikum yang selama ini dilakukan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3), belum maksimal.
Situs Megalitikum Tinggi hari
Situs Megalitikum Tinggi hari
Menhir-Megalitikum-III
“Pengelolaan situs megalitikum selama ini hanya mempertimbangkan aspek orisinalitas lokasi, pendataan, silsilah peninggalan, dan lainnya. Menurut saya, tidak seharusnya berhenti sampai di situ,” katanya.
Syaifuddin Aswari menilai, amat sayang jika benda-benda peninggalan purbakala yang usianya diperkirakan 4.000 tahun tidak diperhatikan secara serius. Apalagi, sampai sekarang ribuan batu megalitikum itu hanya tergeletak secara menyebar.
“Oleh karena itu, saya meminta pemerintah pusat memberikan respons atas tiga kali pengiriman surat kami. Biarkan kami mengelola secara profesional sebelum ribuan peninggalan megalitikum itu rusak. Jangan khawatir soal dana karena ada dukungan pemerintah dan pengusaha serta penghasilan Lahat dari tambang batu bara,” katanya.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Lahat, aset peninggalan megalitikum tersebar di wilayah Lahat, Tinggi Hari, Pulau Pinang, Kota Agung, Merapi, Jarai, Fajar Bulan, Mulak Ulu, Pagar Gunung, Tanjung Sakti, Pendopo, Muara Pinang, Ulu Musi, Tegur Wangi, Tanjung Aro, Talang Tinggi, dan Belumai.
Adapun jenisnya berupa arca, kubur batu (nisan), menhir (batu tiang), batu berlubang (rumah batu), dan dolmen (meja batu). Sebagian besar peninggalan peradaban Dongson tersebar tak hanya di Kabupaten Lahat, tetapi juga di Kota Pagar Alam.
Menurut Safran, Kepala Subdinas Seni Budaya Dinas Pariwisata Kabupaten Lahat, situs yang paling sering dikunjungi adalah Megalitikum Tinggi Hari di Desa Tinggi Hari, Kecamatan Pulau Pinang. Ada pula Megalitikum Batu Tiang Enam di Desa Pajar, Kecamatan Tanjung Sakti, serta Megalitikum Batu Macan di Kecamatan Pulau Pinang, Desa Pagar Alam Pagun.
Bupati menambahkan, jika nanti izin diberikan, pemkab sudah punya rencana khusus untuk mengelola kawasan itu menjadi tempat wisata. Saat ini, pemkab memiliki dana Rp 1 triliun untuk membangun museum megalitikum

Tidak ada komentar: